Perdarahan Pasca Melahirkan: Syok Hemoragis Terhadap Ibu dengan Risiko Tinggi Kehamilan di Puskesmas Kramongmongga, Fakfak Papua Barat
Abstract
Perdarahan pascapersalinan (PPH) tetap menjadi penyebab utama kematian ibu secara global, bertanggung jawab atas sekitar 25% dari semua kematian ibu. Didefinisikan sebagai kehilangan darah melebihi 500 mL setelah persalinan vagina atau 1000 mL setelah operasi caesar, PPH dapat dengan cepat berkembang menjadi syok hemoragik, yang memerlukan intervensi medis segera. Di lingkungan yang terbatas sumber daya seperti pedesaan Indonesia, pengelolaan PPH sangat menantang karena terbatasnya akses ke layanan kesehatan, rujukan yang tertunda, dan pasokan darah yang tidak memadai. Laporan kasus ini meneliti seorang wanita berusia 41 tahun dengan kehamilan berisiko tinggi yang mengalami PPH dan syok hemoragik di Puskesmas Kramongmongga di Fakfak, Papua Barat. Pasien, yang memiliki riwayat hipertensi kronis dan perawatan antenatal terbatas, mengalami gangguan janin dan faktor risiko yang signifikan untuk PPH. Setibanya di sana, kondisinya memburuk, yang mengarah pada diagnosis plasenta yang tertahan setelah melahirkan. Manajemen selanjutnya melibatkan beberapa intervensi, termasuk pijat rahim, terapi farmakologis, dan kuretase, menyoroti kompleksitas keadaan darurat kebidanan di pengaturan perawatan kesehatan jarak jauh. Pemulihan pasien menekankan perlunya intervensi tepat waktu dan pentingnya meningkatkan infrastruktur perawatan kesehatan dan pelatihan bagi penyedia. Kasus ini menggarisbawahi kebutuhan kritis akan perawatan prenatal yang komprehensif dan manajemen kehamilan berisiko tinggi yang waspada untuk mencegah PPH. Sistem rujukan yang ditingkatkan dan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap sangat penting untuk meningkatkan hasil ibu. Pendidikan untuk penyedia layanan kesehatan dan pasien sama-sama sangat penting untuk mengurangi risiko PPH dan meningkatkan kualitas perawatan kebidanan secara keseluruhan di daerah yang kurang terlayani.