Analisis Utilisasi Tindakan Cliping dan Coiling dalam Pengelolaan Sub Arakhnoid Hemoragik (SAH) Sebelum dan Sesudah PMK 3 Tahun 2023 di RSPON Mahar Mardjono
Abstract
Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia, sehingga di Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diperlukan evaluasi efektivitas dan efisiensi dalam memberikan layananan yang bermutu. Sub Arakhnoid Hemoragik (SAH) merupakan salah satu jenis Stroke Hemoragik yang menyerang otak bagian Sub Arakhnoid kebanyakan diakibatkan oleh kejadian ruptur anurisma. Tatalaksana yang dilakukan dapat berupa tindakan cliping dan coiling aneurisma dalam pengelolaan Sub Arakhnoid Hemoragik (SAH). pada penelitian ini menggunakan data klaim JKN di RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono Tahun 2022 - 2023. Melalui metode regresi logistik, penelitian ini bertujuan untuk melihat utilisasi sebelum dan sesudah PMK 3 2023 berlaku berdasarkan data klaim JKN. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 310 kasus klaim penderita SAH dari 18.498 kasus keseluruhan klaim. Diketahui jumlah penderita SAH paling banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki dan paling banyak diderita oleh kelompok usia produktif atau dewasa antara umur 19 - 59 tahun. Berdasarkan tarif INACBG, tingkat keparahan SAH paling banyak di Severity Level II (Sedang). Cara pulang paling banyak adalah atas persetujuan dokter. Tindakan cliping merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi lama rawat pasien setelah penyesuaian variabel severity level sebagai confounding. Pasien yang menjalani cliping sebelum PMK 3 Tahun 2023 memiliki odds ratio (OR) sebesar 7,52 (95% CI: 3,07–18,45; p=0,0001), sementara pasien yang menjalani cliping setelah PMK 3 Tahun 2023 memiliki OR sebesar 8,79 (95% CI: 2,09–36,87; p=0,003). Hasil menunjukkan bahwa pasien yang menjalani cliping setelah PMK 3 Tahun 2023 memiliki OR yang lebih tinggi secara signifikan untuk mengalami lama rawat lebih dari 15 hari dibandingkan dengan yang menjalani sebelum PKM 3 Tahun 2023 dan yang tidak menjalani cliping. Pada analisis coiling, setelah mengontrol variabel confounder, tindakan coiling tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan lama rawat (OR=0,91; p=0,803). Hasil ini menunjukkan bahwa tindakan cliping dan severity level adalah faktor-faktor yang signifikan dalam menentukan lama rawat pasien, sedangkan tindakan coiling tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Perlu dilakukan analisis biaya lebih mendalam agar Tarif INACBG dapat menggambarkan pembiayaan yang sebenarnya. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan wawasan bagi manajemen RS dan pembuat kebijakan dalam mengoptimalkan pendekatan pengelolaan SAH dalam hal pembiayaan.