Perbandingan Kadar Bioetanol dari Hasil Hidrolisis Limbah Bonggol Jagung dan Ampas Tahu

  • Achmad Rendy Dwi Yulianto Teknik Pengolahan Minyak dan Gas, Politeknik Energi dan Mineral Akamigas
  • Bagas Dwi Pangestu Teknik Pengolahan Minyak dan Gas, Politeknik Energi dan Mineral Akamigas
  • Daffa Yoganza Arrunata Teknik Pengolahan Minyak dan Gas, Politeknik Energi dan Mineral Akamigas
  • Tun Sriana Teknik Pengolahan Minyak dan Gas, Politeknik Energi dan Mineral Akamigas

Abstract

Ketergantungan pada energi fosil akan meningkat seiring berjalannya waktu, untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil perlu pengembangan energi hijau guna memenuhi kebutuhan sumber energi subsitusi seperti bioetanol. Bioetanol merupakan energi hijau ramah lingkungan yang didapat dari bahan baku tumbuhan yang mengandung selulosa dan hemiselulosa. Bahan baku biomassa berlignoselulosa diantaranya adalah limbah bonggol jagung dan ampas tahu. Produksi pipilan jagung yang menghasilkan limbah bonggol jagung pada tahun 2023 sebanyak 14,46 juta ton dan konsumsi tahu per kapita juga mengalami peningkatan. Secara rinci, rata-rata konsumsi tahu per kapita pada tahun 2022 yaitu sebesar 0,148 kg per minggu. Jumlah tersebut naik sebesar 2,63% pada tahun 2023 yaitu menjadi 0,152 kg per minggu. Data tersebut memberikan gambaran adanya potensi pencemaran lingkungan akibat peningkatan kegiatan industri yang dilakukan. Sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, kandungan hemiselulosa dan selulosa menjadi parameter penting. Bonggol jagung memiliki kandungan hemiselulosa sebesar 39,8% dan selulosa 32,3-45,6%. Sedangkan pada ampas tahu hemiselulosa sebesar 40,49%, kemudian diikuti oleh selulosa sebesar 19,15%. Salah satu tahapan penting dalam pembuatan bioetanol adalah proses hidrolisis. Pada penelitian ini, proses hidrolisis dilakukan dengan menggunakan asam sulfat H2SO4. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan H2SO4 dengan kadar 5% pada sampel bonggol jagung telah menghasilkan kadar bioetanol yang lebih besar yaitu mencapai 3,1% volume dari pada H2SO4 dengan kadar 3% yang hanya mencapai 2,9% volume. Sedangkan pada sampel ampas tahu dengan kadar 5% dan 3% tidak menghasilkan bioetanol.

Published
2024-02-22
How to Cite
Yulianto, A. R. D., Pangestu, B. D., Arrunata, D. Y., & Sriana, T. (2024). Perbandingan Kadar Bioetanol dari Hasil Hidrolisis Limbah Bonggol Jagung dan Ampas Tahu. Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (online), 3(3), 1400-1411. Retrieved from https://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jcm/article/view/2771