Analisis Hubungan Kejadian Penyakit Diare Dengan Faktor Lingkungan Di Kota Medan : A Systematic Riview
Abstract
Diare merupakan penyakit yang masih menjadi permasalahan besar di negaranegara kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam tabel pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia tahun 2009 menunjukkan bahwa diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) memiliki jumlah kasus terbanyak yaitu 143.696 kasus (Depkes RI,2010: 241). Pada tahun 2010, diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) masih menjadi penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit meskipun jumlahnya menurun menjadi 71.889 kasus dengan 1.289 kasus berakhir pada kematian (Depkes RI, 2011: 57). Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare. Salah satu faktor antara lain adalah sanitasi lingkungan yang kurang baik, persediaan air yang tidak hiegienis, dan kurangnya pengetahuan (WHO, 2013). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional Penelitian merupakan systematic review. Hasil riset juga menjelaskan bahwa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian terdapat hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare (Hayati dkk, 2014). Bakteri infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Proses penularan antara lain mencuci peralatan masak dengan menggunakan air yang tidak bersih, minum air yang tidak dimasak lebih dahulu, dan sebagainya (CDC, 2012 DEPKES RI, 2010). Penelitian sebelumnya juga menjelaskan bahwa ketersediaan air yang tercemar dapat menyebabkan diare (Primadani dkk, 2012). Sarana air bersih dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan sebagai minum, memasak, membersihkan atau mencuci, mandi, wajib memenuhi syarat kualitas dan syarat fisik agar vektor penyakit yang dapat berkembang biak atau dapat menularkan melalui air dapat dikurangi hususnya pada penyakit diare sehingga angka kesakitan penyakit diare menurun (Agus dkk, 2009 Pebriani dkk, 2012). Hubungan Ketersediaan Jamban Dengan Kejadian Diare Hubungan antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare menjelaskan bahwasannya kurangnya ketersediaan jamban akan meningkat cakupan kejadian diare, begitu juga sebaliknya ketersediaan jamban yang cukup akan menurunkan cakupan kejadian diare. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian diare adalah kondisi jamban (Primadani dkk, 2012). Salah satu proses penularan diare adalah kurangnya ketersediaan jamban. Pada pasien diare yang tidak memiliki jamban, maka mereka akan BAB (buang air besar) di sembarang tempat. Hal ini akan menyebababkan penularan diare melalui tinja penderita oleh karena tinja pasien diare mengandung bakteri penyebab diare yang akan ditularkan secara tidak langsung oleh lalat (Pebriani dkk, 2012). Hubungan Perilaku Buang Tinja dengan Kejadian Diare Hubungan antara Perilaku Buang Tinja dengan Kejadian Diare menjelaskan bahwasannya perilaku buang tinja yang kurang baik akan menurunkan cakupan kejadian diare. Sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang perannya cukup penting. Ditinjau dari kesehatan lingkungan, pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air.