PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR MUATAN LOKAL BAHASA SASAK HALUS
Abstract
Pelestarian budaya lokal yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia dilakukan melalui pembelajaran muatan lokal. Pelajaran muatan lokal memiliki peran strategis dalam pengembangan dan pelestarian budaya. Peran strategis tersebut sebagai fokus yang menjadi pertimbangan dalam mengembangkan mata pelajaran muatan lokal dan potensi daerah yang dapat dijadikan sebagai daya dukung bagi pengembangan wisata, budaya dan ekonomi pada daerah setempat. Selain itu mata pelajaran muatan lokal ditujukan sebagai sarana untuk mewariskan budaya yang ada melalui pendidikan kepada generasi berikutnya supaya budaya tersebut tetap terjaga. Bangsa Indonesia merupakan negera kepuluan yang memiliki keanekaragaman bahasa daerah, adat istiadat dan budaya. Keragaman tersebut merupakan ciri khas dari indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain. Keanekaragaman budaya tersebut disatukan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetap satu tujuan). Melalui pendidikan muatan lokal keanekaragaman tersebut diwariskan kepada generasi berikutnya. Bahasa sasak halus merupakan satu dari tiga tingkatan bahasa dalam bahasa sasak. Sebagaimana diketahui bahwa bahasa sasak memiliki tiga tingkatan bahasa yaitu bahasa sasak Jamaq (biasa) atau bahasa aok-ape (ya-apa) dan bahasa sasak Alus (halus) atau bahasa tiang-inggih (saya-ya) dan bahasa sasak Utami (utama) atau bahasa kaji-meran (saya-ya). Penggunaan Bahasa sasak utama dalam kehidupan keseharian masyarakat sasak sudah jarang dijumpai sehingga hampir punah. Supaya tidak punah, maka bahasa sasak halus tersebut harus diajarkan. Pembelajaran tersebut akan berjalan baik bila didukung dengan ketersediaan sumber belajar yang memadai. Sebab itu maka perlu dikembangkan sumber belajar untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran bahasa sasak.